JAKARTA — Kali Semongol adalah sebuah sungai yang membentang dari perumahan Citra hingga tepi laut pesisir jakarta di daerah Kamal tepatnya.
Sudah bukan menjadi rahasia umum bila di sungai tersebut tiap hari ada banyak tumpukan sampah yang diangkat oleh petugas tata air dari Kecamatan Kalideres. Pertanyaannya adalah, mengapa tiap hari selalu banyak, dan selalu menumpuk walau diangkat setiap hari oleh petugas Tata Air Kecamatan Kalideres.
Lantas darimana sumber sampah-sampah tersebut ?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat banjir besar tahun 2000 wilayah bantaran kali semongol habis terendam air dan penuh sampah domestik atau samlah dari rumah tangga. Amir Nurdin selaku ketua UPK badan air dinas lingkungan hidup kecamatan Kali Deres mengatakan penumpukan sampah di jembatan Warung Pojok, membutuhkan satu truk sampah untuk memindahkan sampah ini dari kali, kamis siang (20/01/22).
“Masyarakat yang identik buang sampahnya ke kali, intinya masyarakat masih banyak yang buang ke kali. Sebenarnya ada denda 500 ribu rupiah bagi masyarakat yang buang sampah ke kali, tapi terjadi kucing-kucingan antara petugas UPK badan air dengan masyarakat, kalau tidak ada perugas baru mereka membuang sampah ke kali,” kata Amir Nurdin.
Ada pameo dari kaum urban yang mengais di jakarta “Jakarta mah, gue ambil duitnya doang, sama gue berakin”. Sebenarnya hal tersebut adalah sah-sah saja, karena ada sebutan yang kejam tentang jakarta, “Di Jakarta gak ada yang gratis, kencing aja bayar.” Mungkin analogi mereka seperti memasuki WC umum dateng buang kotoran lalu tinggalkan karena berbayar.
Memang tiap orang memiliki latar belakang dan pendidikan yang berbeda, ada yang terbiasa bersih sehingga sebelum meninggalkan WC umum akan menyiram kotoran mereka. Tapi ada juga yang meninggalkan begitu saja kotoran mereka karena merasa telah membayar apa yang biasanya geatis di daerah asal mereka.
Banjir adalah hal yang biasa bagi mereka, bukan karena curah hujan yang tinggi saja pasang air laut sajapun sudah menggenangi jalanan di pemukiman tersebut.
Ki Abas salah satu penghuni di bantaran kali Semongol mengatakan dirinya pasrah apabila suatu saat ada gusuran tapi dia berharap diberi pengganti seperti bangunan yang ada sekarang.
“Memang hak pemerintah tapi kalo mau dibongkar harus dipindahkan ke tempat lain bangunannya,” ujar Ki Abas, (7/1/22).
Dirinya masih punya rumah di wilayah tanggerang dan disini hanya nyari duit saja.
“Punya rumah di Tanggerang dan ke sini hanya mencari duit doang,” ujarnya.
Tak jauh dari pinggir kali semongol berdiri megah Rusun, tapi saat ditanya apakah dirinya tidak dapat Rusun di wilayah tersebut dirinya mengaku tidak.
“Gak tahu saya urusan Rusun dan juga tidak pernah ditawari,” tutupnya.
Memang semua ini adalah problematika kaum Urban di bantaran kali Semongol.