Mantan Kepala Desa Pecuk Eko Nukaji Hariadi menerima vonis 5 tahun penjara atas kasus tindak pidana korupsi yang melilitnya pada Selasa 08 November 2022 pukul 16.00 WIB.
Vonis tersebut dibacakan oleh Majelis Hakim dalam agenda sidang pembacaan putusan yang berlangsung secara daring (online) dari Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Surabaya, sedangkan terdakwa mengikuti persidangan dari Rutan Klas IIB Nganjuk.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Eko Nukaji merupakan terdakwa dalam perkara Tindak Pidana Korupsi berupa perbuatan melawan hukum dan penyalahgunaan wewenang dalam kegiatan pengadaan tanah pengganti Tanah Kas Desa (TKD) yang digunakan untuk pembangunan jalan tol di Desa Pecuk, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk Tahun 2013.
Adapun sidang tersebut dipimpin oleh Hakim Ketua I DEWA GEDE SUARDITHA, S.H., M.H. dan dihadiri oleh Tim Jaksa Penuntut Umum yaitu ANDIE WICAKSONO, S.H., M.H., serta SRI HANI SUSILO, SH
Dalam amar putusan yang dibacakan oleh Majelis Hakim terhadap terdakwa yang merupakan mantan Kepala Desa Pecuk tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi.
Hal itu sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut keterangan Kasi Intelijen Kejari Nganjuk Dicky Andi Firmansyah, EKO Nukaji dijatuhi pidana penjara selama 5 (lima) tahun dengan perintah agar terdakwa ditahan serta Pidana Denda sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
“Apabila terdakwa tidak mampu membayar pidana denda maka diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan,” ungkap Dicky.
Selanjutnya Dicky memaparkan jika Terdakwa EKO NUKAJI HARIYADI diwajibkan untuk membayar Uang Pengganti sebesar Rp. 617.282.000,00 (enam ratus tujuh belas juta dua ratus delapan puluh dua ribu rupiah) subsidair 1 (satu) tahun penjara.
Iya juga menyampaikan dalam sidang pembacaan putusan terhadap terdakwa, Majelis Hakim juga menyampaikan hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam putusan dimaksud terhadap terdakwa.
Adapun hal hal yang memberatkan terdakwa adalah perbuatan terdakwa bertentangan dengan program Pemerintah tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan tidak ada pengembalian keuangan Negara.
Kemudian perbuatan terdakwa yang menggadaikan 8 (delapan) Sertifikat Hak Milik atas Tanah Pengganti mengakibatkan terhambatnya proses sertifikasi Tanah serta ketidakjelasan status kepemilikan hak atas 8 (delapan) bidang Tanah Pengganti Kas Desa secara hukum.
Dicky juga memaparkan perbuatan terdakwa tidak hanya merugikan keuangan negara tetapi juga merugikan orang lain yang memberikan pinjaman dengan jaminan Sertifikat Hak Milik atas Tanah Pengganti.
Diketahui terdakwa melakukan tindak pidana korupsi tersebut pada kurun waktu sejak bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2019 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2019 dengan total kerugian keuangan negara sejumlah Rp. 617.282.000,- (enam ratus tujuh belas juta dua ratus delapan puluh dua ribu rupiah).
“Yang mana pada persidangan sebelumnya Jaksa Penuntut Umum telah menghadirkan 21 (dua puluh satu) orang saksi serta 2 (dua) orang Ahli dari Inspektorat Daerah Kabupaten Nganjuk,” ujar Dicky.
Dicky menguraikan sebelumnya, Tim Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
“Dan menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa EKO NUKAJI HARIYADI dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dengan perintah agar Terdakwa ditahan serta Pidana Denda sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),” sambungnya.
“Apabila terdakwa tidak mampu membayar pidana denda maka diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan, serta menghukum Terdakwa EKO NUKAJI HARIYADI untuk membayar Uang Pengganti sebesar Rp. 617.282.000,00 (enam ratus tujuh belas juta dua ratus delapan puluh dua ribu rupiah) subsidair 8 (delapan) bulan penjara,” pungkas Dicky.
Sidang perkara tindak pidana korupsi tersebut berjalan lancar dan atas putusan tersebut terdakwa melalui Penasihat Hukumnya menyatakan pikir-pikir.
(MAYANG).