JAKARTA – Banyaknya orang yang menikah tetapi belum mendapat buku nikah atau diakui oleh negara karena pernikahan yang mereka lakukan adalah Nikah Siri. Nikah Siri adalah Sah Hukumnya dalam agama Islam tetapi belum diakui resmi oleh negara karena belum tercatat di Pengadilan Agama dan belum memiliki atau mendapat buku nikah.
Menghadapi masalah tersebut bagi masyarakat yang telah melakukan nikah siri tapi mau diakui oleh negara ada caranya, yaitu dengan Isbat Nikah.
Adapun Isbat Nikah ini merupakan sebuah permohonan pengesahan pernikahan siri yang diajukan ke Pengadilan Agama. Tujuannya agar dinyatakan sah nya pernikahan dan memiliki kekuatan hukum.
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah dan bahagia.
“Dalam Undang-Undang Perkawinan Pasal 2 ayat 1 jelas dituliskan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Dan pada ayat 2 ini dimana tiap-tiap pernikahan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cengkareng, Supandi Kasmien Hasan, SHI saat dimintai keterangan oleh wartawan di kantornya, Kelurahan Cengkareng Barat, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (3/10/2022).
Sehingga, lanjut Supandi, setiap perkawinan yang tidak dicatatkan di KUA untuk muslim ataupun di Dinas Pencatatan Sipil untuk non muslim, itu tidak mempunyai kekuatan hukum tetap.
“Siapa saja bagi masyarakat yang belum mencatatkan perkawinannya, baik di KUA ataupun Dinas Pencatatan Sipil, untuk segera dapat mengurusnya. Kemudian caranya ialah dengan mengajukan isbat nikah, berikut dengan permohonan kepada Pengadilan Agama untuk menetapkan bahwa pernikahannya adalah sah. Dan bagi seseorang yang hendak melakukan isbat nikah juga harus memiliki alasan yang jelas,” ujarnya.
Dikatakan Supandi bahwasannya sebagaimana yang telah ditentukan oleh Undang-Undang atau Kompilasi Hukum Islam, khususnya pada Pasal 7 Ayat 3. Setidaknya terdapat lima aturan yang mendasar, yang dapat dikabulkan untuk mengajukan permohonan isbat nikah.
“Lima aturan dalam isbat nikah yaitu, adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian, hilangnya akta nikah, adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan, adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1974, perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974,” jelasnya.
Sementara terkait prosedur dan tata cara isbat nikah, Supandi pun menambahkan, pemohon meminta surat pengantar ke kelurahan sesuai dengan domisili atau tempat tinggal untuk keperluan isbat nikah di Pengadilan Agama, pemohon meminta surat keterangan menyampaikan bahwa pernikahan tidak tercatat di KUA Kecamatan, pemohonan mendatangi Kantor Pengadilan Agama di wilayah tempat tinggal, pemohon membuat surat permohonan isbat nikah.
Tinggalkan Balasan