ifakta.co, NGANJUK – Berbagai upaya ditempuh Korp Adhyaksa Nganjuk guna memutus mata rantai penyebaran Covid -19 di lingkungan Kejaksaan Negeri Nganjuk.
Dimulai dari sidang Online yang telah dijalankan.Kini kembali dilaunching / diluncurkan program “SAEAMPUH” yang diterapkan perdana pada Senin 31 Mei 2021 pukul 11.30 Wib.
Kepala Kejaksaan Negeri Nganjuk Nophy Tennophero South melalui Kasi Intelijen Kejari Dicky Andi Firmansyah, mengatakan program ” Saeampuh” adalah program yang dijalankan oleh seksi Pengelolaan Barang Bukti Dan Barang Rampasan (PB3R).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Peluncuran program Saeampuh ini adalah progam yang dijalankan oleh PB3R, dimana tujuannya adalah sebagai upaya kami dalam mengurangi kerumunan pada saat pengambilan barang bukti di Kejaksaan,”ungkap Dicky Andi Firmansyah.
Dijelaskan lebih dalam oleh Dicky terkait program baru tersebut, diharapkan akan dapat memperkecil resiko penyebaran virus Corona Desease -19.
“Saeampuh adalah Sistem Layanan Ambil Barang Bukti 10 Menit, kini bagi siapa saja yang akan mengambil barang bukti di Kejaksaan, tak perlu lagi memakan waktu yang lama, karena sistem pelayanan kami saat ini adalah mempermudah dan kami percepat sehingga hanya dalam waktu 10 menit barang bukti akan segera dapat diambil,” ungkap Dicky.
Sebagai contoh pada saat lauching berlangsung telah diserahkan dua unit sepeda motor kepada yang berhak / pemiliknya, yaitu Yamaha Mio warna Pink dan sepeda motor Honda Beat warna Hitam.
“Telah diambil oleh yang berhak sepeda motor yang tadinya sebagai alat bukti terkait perkara Tindak Pidana Umum pasal 170 ayat (1) KUHP tentang kekerasan secara bebarengan/ pengeroyokan yang ditangani oleh JPU Endang Dwi Rahayu S.H,”ucapnya.
Sedangkan satu sepeda lainnya terkait tindak pidana yang melanggar Pasal 114 ayat (1) Jo Pasal 112 ayat (1) UURI No.35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan JPU, Ratrieka Yuliana S.H.
Adapun BB yang diserahkan tersebut adalah alat bukti yang sudah tidak dipergunakan lagi untuk kepentingan penuntutan dalam pembuktian perkara, karena telah berkekuatan hukum tetap (inkracht) dengan Amar putusan dikembalikan kepada pemilķnya.
( May/ Hen )