ifakta.co, NGANJUK – Sungguh pemandangan yang memprihatinkan jika melihat kondisi rumah pasangan Suprianto dan Sriani warga Desa Mlilir Krajan Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk Jawa Timur.
Bangunan yang sudah agak miring dan hanya berukuran 6 × 4 m itu, cuma berdinding bambu yang sudah bolong di sana sini, dengan lantai tanah yang ditutupi plastik dan atap yang kayunya mulai rapuh semua.
Sekilas rumah milik Suprianto itu tak layak untuk dihuni, karena ada sebagian tiang di dapur rumahnya yang sudah rapuh dan miring sehingga harus disokong dengan kayu penyangga untuk menopangnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ifakta.co menyambangi rumahnya, disambut dengan sangat ramah oleh keluarga yang sederhana itu.
Dari penuturannya pada Selasa (26/1/21) Suprianto mengaku menghidupi keluarganya namun pas-san dengan bekerja sebagai kuli bangunan, meski di tengah pandemi ini ia jarang mendapat job.
“Kalau bangunan sepi maka saya bekerja serabutan di mintai tolong apa saja saya kerjakan, demi menghasilkan uang untuk keluarga,” ungkap nya.
Sedangkan sang istri Sriani dengan tekun membantunya dengan menyibukkan dirinya di rumah mensortir bulu – bulu itik yang kualitasnya bagus kemudian di setor ke pengepul bulu di desannya.
“Semenjak ada Corona ekonomi kami makin tambah sulit karena jarang orang nyuruh saya, listrik saja kami masih numpang, buat saya yang terpenting anak saya bisa sekolah, kalau masalah rumah yang penting bisa untuk berteduh walaupun atapnya pada bocor semua,” ungkapnya dengan suara berat.
Ia juga mengatakan bahwa anak semata wayangnya saat ini sudah sudah kelas 6 SD dan tentu sebentar lagi membutuhkan biaya untuk melanjutkan ke SMP.
Suprianto menuturkan jika dulu rumahnya pernah diajukan untuk di bedah, tetapi hingga saat ini belum ada satupun pihak yang membantu renovasi rumahnya itu.
Namun ada seorang tetangga Suprianto yang iba melihat kondisi rumahnya sehingga ia mengambil gambar rumahnya kemudian mengunggahnya di FB.
Menurut Suprianto usaha tetangganya itu menuai hasil karena beberapa waktu lalu ada sebuah komunitas yang mendatangi rumahnya dan menyanggupi untuk membedah rumahnya.
Mendengar hal tersebut Supriyanto sangat bersyukur meski hal itu belum terlaksana, namun ia berharap hal itu akan segera menjadi kenyataan mengingat kondisi rumahnya yang belakang sudah miring dan hampir roboh.
“Semoga komunitas yang datang ke sini kemaren segera mewujudkan harapan kami untuk segera membedah rumah kami agar menjadi layak untuk kami tinggali,” ungkap Suprianto menutup pembicaraannya.
■