ifakta.co, TANGSEL – Salah seorang wali murid Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak (Bimba) protes terhadap pengurus unit BIMBA AIUEO di Jalan Pondok Kacang Timur No. 16, RT. 03/004, Pondok Aren, Tengerang Selatan, Senin (22/06/2020) pagi.
Bukan tanpa alasan, Darwin memprotes pengurus BIMBA AIUEO karena tidak terima dengan keputusan sepihak oleh pengurus terkait dilakukannya pemotongan uang biaya perjalanan wisata siswa ke Taman Safari, Puncak Bogor yang dibatalkan karena situasi pandemi Covid-19.
“Kita sudah bayarkan lunas, masing-masing siswa membayar Rp. 675.000 kepada pihak sekolah. Tetapi ketika acara wisata dibatalkan uang hanya dikembalikan sebesar Rp. 300.000 ditambah 2 pcs mug. Bayangkan saja jika selisih biaya yang dipotong itu dikalikan jumlah murid yang kalau tidak salah ada 100 orang,” kata Darwin kepada wartawan, Senin (22/06).
Menurutnya, bukan persoalan jumlah uang yang dipermasalahkan. Akan tetapi cara dan sikap pihak sekolah yang mengatasnamakan para orang tua siswa seakan-akan setuju dengan keputusan tersebut.
“Kita memahami kondisi yang tidak memungkinkan di masa pandemi ini jika dipaksakan untuk melaksanakan acara wisata itu. Tetapi jangan seperti itu dong caranya. Saat ini kondisi masyarakat sedang sulit, dan tidak semua orang tua siswa ekonominya dalam kondisi baik. Bukan soal uangnya, tetapi cara memutuskan dan penyampaiannya,” terangnya.
Ia tidak keberatan dengan pemotongan biaya itu, tetapi tolong pihak BIMBA transparan dalam penggunaannya. Karena tidak ada penjelasan dan bukti-bukti pengeluaran yang ditunjukkan kepada para orang tua siswa. Jadi ada kesan tertutup,” jelasnya.
Sementara itu, walau sebelumnya sempat menolak ketika hendak dikonfirmasi wartawan, Euis selaku Kepala Unit BIMBA AIUEO Pondok Kacang membenarkan peristiwa protes salah satu orang tua siswa terkait persoalan tersebut.
Bersama para jajaran staff, Euis memaparkan kronologi terkait acara wisata yang dibatalkan karena pandemi Covid-19. Pihaknya juga tidak membantah ada pemotongan pengembalian biaya sebesar Rp. 375.000 setiap siswa.
Menurut Euis, segala sesuatu yang sudah dijalankan di biMBA tersebut pihaknya sudah membicarakan dan melakukan musyawarah dengan orang tua siswa.
“Prosesnya rencana study wisata ini sebenarnya atas inisiatif dari orang tua siswa dan sudah berlangsung lama.
Namun karena ada pandemi, acara itu dibatalkan. Dan itupun sudah kami rapatkan denga orang tua siswa. Yang lain ngga protes kok, hanya Ayahnya Rizky (Darwin) saja yang protes,” katanya.
Euis menyebut, menggunakan jasa event organizer (EO) HN Wisata dalam acara yang batal ini.
Soal pengembalian biaya, dari pihak EO hanya memberikan kebijakan sesuai kesepakatan jumlah uang yang dikembalikan.
“Kami sudah berusaha untuk bernegosiasi, akan tetapi hanya segitu nominal yang disetujui EO,” terangnya.
Sayangnya, saat wartawan meminta untuk menunjukkan bukti-bukti pembayaran (kwitansi) dengan HN Wisata maupun hasil kesepakatan rapat orang tua murid (notulen), pengurus BIMBA AIUEO Pondok Kacang nampak kebingungan dan tidak dapat menunjukkan walaupun mereka mengaku memilikinya.
(amy/T10)