Soal Pemberitaan Kekerasan Sesama Anak, Ahli Pers Kamsul Hasan: Kepsek tak Perlu Jumpa Pers

- Jurnalis

Kamis, 13 Februari 2020 - 07:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto ilustrasi sesama ahli pers, Kamsul Hasan dan Ahmad Roso berdiskusi di atas klotok dalam perjalanan ke Pasar Apung Lok Baintan, bertepatan dengan HPN 2020 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

ifakta.co, Jakarta – Video viral soal kekerasan terhadap anak pelajar yang dilakukan oleh teman sekolahnya sendiri di Jawa Timur menuai berbagai kecaman dari masyarakat.

Namun, ahli pers menyayangkan soal media-media yang dalam penyajian beritanya malah membuka identitas sekolah. Hal ini menurut ahli pers bertentangan dengan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA)

“Berbagai macam bentuk komunikasi saya dibanjiri pertanyaan terkait kekerasan sesama pelajar di Purworejo,” ujar Ahli Pers Drs. Kamsul Hasan, SH, MH kepada wartawan, Kamis 13 Februari 2020 pagi.

Ternyata menurut Kamsul bukan hanya dirinya yang kebanjiran pertantaan, Gubernur Jawa Tengah, Ginanjar juga mendapatkan hal sama dan sudah memberikan pengarahan.

“Pertanyaan kepada saya lebih pada soal pemberitaan. Apakah kasus itu dapat diberitakan dan bagaimana penyajian sesuai PPRA,” imbuhnya.

Staf Pengajar Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP) Jakarta ini mengatakan, penyajian berita sudah cukup baik pada awalnya. Namun dalam kutipan keterangan resmi dari para pejabat malah membuka identitas, berupa nama sekolah.

“Rencana Kamis pagi nanti kasus ini akan diekspos secara resmi. Dalam WAG Wartawan Jawa Tengah, agar identitas ditutup,” katanya.

Ia berpesan agar kepala sekolah dan atau guru cukup melapor ke Dinas Pendidikan atau Bupati Purworejo, tak perlu tampil dalam jumpa pers.

Hal ini kata dia dilakukan agar identitas sekolah tidak kian terbuka. Nama sekolah merupakan identitas dan obyek Pasal 19 Jo. Pasal 97 UU Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) dengan ancaman 5 tahun penjara dan denda Rp 500 juta.

Apakah Bisa Diversi

Kamsul juga memperhatikan, jagat maya, mayoritas meminta agar terduga pelaku kekerasan dikenakan hukuman berat. Apa yang dilakukan sudah di luar batas kenakalan remaja.

Kekerasan ini adalah terhadap anak dan oleh anak. Dengan demikian menurut Kamusl, penanganan kekerasan ini menggunakan koridor UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA).

Baik korban maupun terduga pelaku berusia pada ambang batas anak berkonflik dengan hukum. Mereka berusia telah 12 tahun namun belum genap 18 tahun.

“Terhadap anak berkonflik dengan hukum ini ada penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Diversi dibenarkan dilakukan bila ancaman kurang dari 7 tahun,” katanya.

Ia menambahkan, syarat lain diversi adalah pihak korban menyetujui persoalan penganiayaan ini diselesaikan secara kekeluargaan di luar persidangan.

Ketua Komisi Kompetensi PWI Pusat ini menilai, untuk kasus di Purworejo sepertinya memenuhi unsur Pasal 170 KUHP, karena kekerasan bersama, ayatnya harus lihat hasil visum.

Ia menjelaskan, soal Pasal 170 KUHP yang berbunyi, (1)Barang siapa yang di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.

Baca juga :  Sudah Usang, Loket Tiket di Terminal Kalideres Kini Direvitalisasi

Sedangkan ayat (2) bagi tersalah dihukum, dengan penjara selama-lamanya tujuh tahun, jika ia dengan sengaja merusakkan barang atau kekerasan yang dilakukannya itu menyebabkan sesuatu luka. Dengan penjara selama-lamanya sembilan tahun, jika kekerasan itu menyebabkan luka berat pada tubuh. Dengan penjara selama-lamanya dua belas tahun, jika kekerasan itu menyebabkan matinya orang.

Saat ditanya, apakah kasus ini memenuhi syarat diversi atau akan dilimpahkan ke pengadilan.

“Terlepas dengan cara apa pun, pemberitaan kasus ini harus sesuai PPRA dan UU SPPA,” pungkasnya. (My)

Baca juga :  Sambut HUT RI Ke-78, Pemkot Jakbar Bagikan Bendera Merah Putih

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Baca juga :  Ratusan ASN dan PLJP Jakbar Ikuti Tes Kebugaran Guna Deteksi Dini Penyakit Tubuh

Berita Terkait

Petugas Satpol PP Jakbar Amankan 43 Orang PPKS
Terus Berkembang Kantor Hukum Rinto Hartoyo Agus Gandeng D’satriad Law Firm
LH Kepulauan Seribu Bersama KCN Lakukan Aksi Bersih di Pesisir Pantai
PT KCN Salurkan Bantuan Sembako ke Korban Banjir Bekasi
Legislator DPRD Desak Pemprov DKI Perluas Bantuan untuk Korban Banjir Jakarta
Yayasan Kemala Bhayangkari dan Polres Metro Bekasi Kota Ulurkan Bantuan untuk Korban Banjir
Pengerukan Kali Grogol Jaksel Ditargetkan 1 Bulan Lagi Rampung
Komnas Perempuan Berikan 3 Upaya Konkret untuk Tekan Angka Kekerasan di Jakarta

Berita Terkait

Sabtu, 8 Maret 2025 - 23:29 WIB

Petugas Satpol PP Jakbar Amankan 43 Orang PPKS

Sabtu, 8 Maret 2025 - 12:12 WIB

Terus Berkembang Kantor Hukum Rinto Hartoyo Agus Gandeng D’satriad Law Firm

Sabtu, 8 Maret 2025 - 00:19 WIB

LH Kepulauan Seribu Bersama KCN Lakukan Aksi Bersih di Pesisir Pantai

Jumat, 7 Maret 2025 - 16:57 WIB

PT KCN Salurkan Bantuan Sembako ke Korban Banjir Bekasi

Kamis, 6 Maret 2025 - 20:04 WIB

Legislator DPRD Desak Pemprov DKI Perluas Bantuan untuk Korban Banjir Jakarta

Berita Terbaru