” Ubinan merupakan kegiatan survei yang biasa dilakukan oleh Badan Pusat Statistik ( BPS ) untuk mengetahui produktivitas hasil panen per hektar.
Saat ini, tanaman yang dapat diukur produktivitasnya melalui ubinan baru terbatas pada komoditas padi, jagung, kedelai, ubi kayu, kacang tanah dan ubi jalar. Khusus tanaman padi lebih difokuskan disini karena hasilnya nanti akan digunakan untuk ketersedian beras yang merupakan isu utama pertanian dalam ketahanan pangan.
Survei rutin BPS ini terdiri dari beberapa tahapan yang memakan waktu lumayan banyak. Periode pelaksanaan ubinan terbagi atas 3 (tiga) subround yaitu subround 1 (Januari-April), subround 2 (Mei-Agustus) dan subround 3 (September-Desember). Dan pelaksanaannya mengikuti waktu panen petani.
Petugas akan melakukan pengukuran pada plot ubinan untuk rumah tangga yang menjadi sampel. Kemudian dari setiap rumah tangga sampel, akan dipilih satu petak secara acak. Pada petak terpilih ini, akan dipilih satu plot berukuran 2,5 m x 2,5 m. Pada plot tersebut dilakukan kegiatan ubinan. Setelah dilakukan pengukuran pada plot terpilih kemudian dilakukan wawancara dengan responden.
Ubinan memiliki tantangan tersendiri yang tidak dijumpai pada survei-survei lainnya. Alat ubinan dengan bobot yang lumayan berat, yang terdiri dari timbangan, pasak, dan batang-batang besi stainless berbagai ukuran.
Diawal proses ubinan ini kita harus membawa alat ubinan yang lumayan berat dan harga satu setnya bisa sekitar Rp.1,5 jutaan. Sudah bisa dilihat harga dan dibeli di online shop. Alat ubinan ini masih terbuat dari stainless yang membuat beban lumayan berat. Ada bahan semi besi yang lebih ringan, murah, dan kuat daripada stainless yaitu baja ringan atau alumunium yang biasa dipakai untuk kerangka atap rumah.
Sebaiknya alat ubinan ini dibuat dari baja ringan atau alumunium. Dengan bahan baja ringan atau alumunium ini bisa dikreasikan nanatinya lebih efisien dengan cara konsep portable atau bisa dilipat serta tidak memakan tempat penyimpanan yang banyak.
Set alat ubinan ini terdapat timbangan yang gunanya untuk menimbang hasil panen sampel petak sawah. Jenis timbangan yang biasa digunakan yaitu timbangan gantung dacin, tapi sekarang ada yang memakai timbangan gantung salter. Dari kedua timbangan ini sepertinya masih lumayan ribet untuk dibawa kemana-mana dan kurang keakuratannya. Sekarang ada timbangan digital yang lebih bagus keakuratannya dan mudah dibawa kemana-mana.
Hasil panen ubinan sampel petak biasanya dibawah lima kilogram. Maka dari itu sebaiknya BPS menggunakan timbangan digital yang maksimalnya timbangan lima kilogram saja.
Timbangan digital bisa dibeli ditoko-toko elektronik. Contohnya timbangan digital merk idealife yang maksimal bisa ditimbang hanya lima kilogram. Ini cukup untuk ubinan padi karena untuk ubinan padi tidak diperlukan timbangan yang bisa menghitung sampai 50-100 kg.
Cara melakukan ubinan pertama kali yaitu mengambil sampel petak sawah ubinan. Diawali dengan penentuan pangkal sumbu sawah yang berada di ujung barat daya lahan sawahnya. Setelah itu mengukur panjang sisi utara-selatan dan barat-timur dari lahan sawah.
Selama ini BPS melakukannya dengan cara menghitung banyak langkah kaki yang ditempuh dari pangkal sumbu ke sisi utara-selatan ataupun sisi barat-timur. Mungkin jika sawahnya tidak begitu luas masih bisa dilakukan dengan mudah tetapi bagaimana jika ada sawah yang begitu luas. Mungkin solusinya dengan menggunakan teropong berbasis aplikasi di gadget untuk mengukur panjang sawah dari pangkal sumbu. Jadi petugas bisa mengukur panjang sisi sawah hanya dengan berdiri di pangkal sumbu dan melihat dari kejauhan.
Lalu lokasi ubinan yang terkadang sulit dijangkau karena tidak setiap tanaman dibudidayakan pada lahan yang mudah terjangkau dengan kendaraan, terkadang melewati sungai, jalan yang licin apalagi seperti kondisi sekarang ini yang sudah mulai musim penghujan, yang mana jalan menuju lokasi terkadang susah dilewati.
Memang kondisi geografis tidak bisa disalahkan tapi kita bisa akali. Setiap daerah dengan kordinasi instansi yang terkait seharusnya selain fokus ke daerah yang sudah strategis untuk pertanian padi tapi juga harus memperhatikan daerah-daerah kecil yang mempunyai potensi iklim dan geografis yang bagus.
Untuk daerah kecil tersebut sebaiknya tentukan lahan khusus untuk pertanian padi jadi tidak lagi terpisah-pisah sehingga harus kepelosok. Jadi petani bisa menanam padi di lahan terpadu tersebut dan nantinya pengembangan serta evaluasi seperti survei ubinan tidak lagi kesusahan ke lokasi ubinan.
Ubinan memiliki tantangan tersendiri yang tidak dijumpai pada survei-survei lainnya. Alat ubinan dengan bobot yang lumayan berat, yang terdiri dari timbangan, pasak, dan batang-batang besi stainless berbagai ukuran serta lokasi ubinan yang terkadang sulit dijangkau karena tidak setiap tanaman dibudidayakan pada lahan yang mudah terjangkau dengan kendaraan, terkadang melewati sungai, jalan yang licin apalagi seperti kondisi sekarang ini yang sudah mulai musim penghujan, yang mana jalan menuju lokasi terkadang susah dilewati, cukup menggambarkan tantangan survei tersebut. Namun, karena sudah menjadi tugas dan tanggung jawab, maka dengan tidak mengendurkan semangat, petugas tetap menyelesaikan ubinan ini demi menghasilkan data yang berkualitas.
Harapannya semoga pelaksanaan ubinan kedepan bisa mendapatkan hasil yang lebih akurat dan petugas-petugas lapangan bisa mendapatkan informasi waktu panen yang lebih tepat serta kendala-kendala yang terjadi pada saat pengumpulan data di lapangan dapat terselesaikan dengan baik yang akhirnya bisa tercapai hasil yang optimal dan berkualitas. ■
▪PENULIS: Ryan Giggs Khikta’Awan Utomo
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT