TANGERANG – Pasca kejadian yang dialami santri Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Pasar Kemis, pada Rabu 28 Agustus 2019 dan Senin 2 September 2019 yang dilarikan ke rumah sakit, pihak Puskesmas Pasar Kemis melakukan penyuluhan ke lokasi pesantren, pada Selasa 3 September 2019.
Sebelumnya, pada Jumat 30 Agustus 2019 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang telah mengecek kondisi air di sekitar Pondok Pesantren Nurul Hikmah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, Ahmad Taufik menjelaskan untuk sementara pihaknya tidak menemukan adanya tanda-tanda adanya pencemaran limbah pada air di sekitar lokasi.
Namun pernyataan berbeda disampaikan oleh dokter Salwa, Kepala Puskesmas Pasar Kemis, Tangerang, menduga keracunan yang menimpa belasan santri Pondok Pesantren Nurul Hikmah terkait dengan pola makan dan hidup sehari-hari para santri.
“Ditambah riwayat kesehatan anak-anak itu ada yang alergi dan ada juga yang punya penyakit lambung,” ujar Salwa saat ditemui di Ponpes itu, Selasa (03/092019).
Sejauh ini, kata Salwa, memang penyebab keracunan para santri itu diduga karena menghirup udara yang tercemar limbah. “Baru dugaan sementara, tapi nanti yang memastikan Dinas Lingkungan Hidup,” katanya.
Namun untuk memastikan adanya faktor internal dalam pesantren itu yang memicu keracunan, Puskemas melakukan investigasi dengan mengambil sampel makanan, jajanan, dan minuma dari kantin sekolah tersebut.
Sekolah yang menyatu dengan rumah penduduk tersebut memiliki banyak tempat jajan. Selain warung yang disediakan oleh pondok pesantren, para santri juga kadang membeli jananan di beberapa warung sekitar Ponpes.
Sementara itu, petugas Puskesmas yang melakukan penyuluhan dan bertatap muka langsung dengan para santri menemukan sejumlah fakta baru sebagai berikut :
Pola makan Santri tidak teratur
Sejumlah santri mengaku jarang sarapan karena tidak berselera dengan menu makanan yang disediakan pesantren. Akhirnya mereka menyantap mie instan yang disediakan di warung.
Kamar Asrama Santri Pengab
Petugas Puskesmas mendapati kamar asrama santri yang panas dan pengab. Berdasarkan pengamatan Tempo, kamar berukuran sekitar 6 × 6 meter itu dihuni 12-13 orang yang dikeliling lemari pakaian, dipenuhi tumpukan kasur dan pakaian yang tergantung. Jendela kamar juga tertutup rapat.
14 santri yang keracunan alergi dan punya penyakit lambung
Dokter Salwa mengatakan sebagian dari santri yang mengalami keracunan memiliki riwayat alergi dan penyakit lambung (maag).
Kebiasaan Santri menggunakan parfum bersama
Santriwati di asrama kamar 13 mengaku kerap menggunakan parfum yang mengandung alkohol di kamar secara beramai-ramai.
“Parfum biasanya kami semprotkan kalau mau ada acara di pesantren,” kata Ani, salah satu santri. (amy/ham)