TANGERANG – Terkait soal santri di Pondok Pesantren Nurul Hikmah yang dilarikan ke Puskesmas karena sesak napas, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Tangerang Kabupaten (Tangkab), menerjunkan tim independen laboratorium sebagai pembanding untuk mengecek udara di seputar wilayah Desa pangadegan, Kecamatan Pasarkemis, Kabupaten Tangerang, Banten
Kepala Dinas DLHK Tangkab, Ahmad Taufik mengatakan, akan melakukan uji laboratorium ulang terhadap air dan udara setempat dan sekitarnya, adapun hasilnya diperlukan waktu sekitar 10 hari untuk mengetahui hasil laboratorium tersebut.
“Hari ini DLHK akan lab ulang dengan sampel air dari pondok pesantren dan penduduk sekitar, dan sampel udara 24 jam, hasilnya 10 hari kemudian baru diketahui,” ujar Kadis DLHK Tangkab saat dikonfirmasi lewat Whatssapp, seperti dilansir dari tangerangonline.id, Selasa 3 September 2019 siang.
Menurut Taufik, ada beberapa perusahaan yang disinyalir dapat mengakibatkan kejadian tersebut, perusahaan tersebut ada di wilayah Sepatan dan Pasar Kemis.
“Adapun jaraknya ada yang 700 meter dari Ponpes Nurul Hikmah, namun tidak ada penimbunan dan pembakaran sampah,” ujarnya.
Ahmad Taufik menambahkan, kondisi pemondokan (kamar tidur) Santriwati berukuran 3,5 M2 diisi oleh 13 orang dan dipadati lemari, pakaian dan buku-buku pelajaran. Namun ada beberapa santri yang sudah 2 tahun dan 3 tahun namun kejadian ini baru kali ini.
“Kami juga menanyakan kepimpinan Ponpes Nurul Hikmah sejak 15 tahun yang lalu didirikan oleh ayahnya, sepengetahuan beliau kejadian sakit masal ini baru kali ini,” terangnya.
Pengurus Ponpres Nurul Hikmah Enday Hidayat mengatakan kejadian yang ini tidak ada bau, hanya santri yang kemarin kambuh kembali.
“Nggak ada bau korban sebagian yang kemarin dirawat ,” katanya saat dihubungi lewat pesan Watsapps, 2 September 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, salah satu warga yang tidak mau menyebutkan namanya menduga udara yang dihirup itu berasal dari Industri Penyulingan Oli yang ada didalam kawasan industri Akong yang jaraknya sekitar 200 meter.
“Baunya itu berasal dari pabrik oli yang ada di pergudangan Akong, bau oli dibakar begitu. Kalau orang sini udah biasa,”ujar warga.
Tim Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tim medis sudah mengambil beberapa sempel makanan untuk di uji laboratorium, adapun hasilnya beberapa hari kemudian.
2. Puskesmas melakukan pengobatan dan perawatan, dan 5 orang sudah pulang.
3. DLHK melakukan sempel ulang terhadap penduduk sekitar selama 24 jam, untuk mengetahui hasilnya 10 hari. (amy)